Minggu, 13 Mei 2012

Apakah Ibadah Kita Berkenan Di Hadapan Tuhan?

Dan Tuhan telah berfirman: "Oleh karena bangsa ini datang mendekat dengan mulutnya dan memuliakan Aku dengan bibirnya, padahal hatinya menjauh dari pada-Ku, dan ibadahnya kepada-Ku hanyalah perintah manusia yang dihafalkan, maka sebab itu, sesungguhnya, Aku akan melakukan pula hal-hal yang ajaib kepada bangsa ini, keajaiban yang menakjubkan; hikmat orang-orangnya yang berhikmat akan hilang, dan kearifan orang-orangnya yang arif akan bersembunyi."’ (Yesaya 29:13-14)

Bagian dari Alkitab ini seharusnya mengusik hati ketika kita membacanya. Ayat-ayat ini menusuk dan membuat hati kita tidak tenang. Mengapa? Karena sebagai orang-orang Kristen, kita selalu beribadah setiap hari Minggu di gereja. Kita selalu menyanyikan lagu-lagu yang mengagungkan Tuhan. Namun, apakah kita benar-benar beribadah kepada Tuhan? Apakah kita sudah memuji Tuhan dengan penuh kesungguhan hati? Atau, kita hanya beribadah karena hal tersebut sudah menjadi rutinitas dalam kehidupan kita? Kita akan menggali Yesaya 29:13-14 dan kiranya melalui eksposisi singkat ini, ibadah kita dapat kembali dibentuk oleh Firman Tuhan.
Ayat-ayat ini pada mulanya ditulis oleh Nabi Yesaya kepada bangsa Israel yang terus menerus meninggalkan Tuhan dan melacur kepada ilah-ilah lain. ‘Oleh karena bangsa ini datang mendekat dengan mulutnya dan memuliakan Aku dengan bibirnya, padahal hatinya menjauh dari pada-Ku.’ Yohanes 4:24 mengatakan bahwa kita harus beribadah kepada Tuhan di dalam roh dan kebenaran, yaitu dengan segenap hati kita. Merupakan suatu kekejian bagi Tuhan ketika seseorang bersikap munafik dan tidak jujur dengan menggerakan bibirnya dan mengeluarkan kata-kata manis agar ia seolah-olah meninggikan nama Tuhan, padahal sama sekali tidak ada rasa syukur dan hormat kepada Tuhan di dalam hatinya. Tuhan dapat melihat kedalam hati manusia dan perbuatan yang terlihat tidak dapat menutupi kegelapan hati seseorang di mata Tuhan (1 Sam. 16:7).
Hati merupakan sumber dari kehidupan (Amsal 4:23). Semua yang kita lakukan berasal dari hati kita. Ketika kita beribadah, hendaknya hati kita dipenuhi dengan rasa syukur atas pekerjaan Tuhan di dalam hidup kita (Mazmur 9:1), seperti apa yang dilakukan oleh Paulus dalam Efesus 1:3-14. Bagaikan refrein dari sebuah lagu pujian yang sangat indah, Paulus beberapa kali menulis kata ‘terpujilah’ setelah menjelaskan aspek-aspek karya Tuhan di dalam keselamatan orang Kristen. Ketika seseorang sadar bahwa keselamatan hanya berasal dari Tuhan (Yunus 2:9) dan semata-semata merupakan suatu anugerah yang tidak seharusnya didapatkan oleh manusia yang berdosa dan tidak layak, ia akan dengan sendirinya ingin memuji Tuhan. Namun, kiranya orang-orang yang tidak memuji Tuhan dari hati mereka diberi teguran dan pukulan dari Tuhan, karena mereka telah berdosa di hadapan Tuhan.
Bangsa Israel juga berkali-kali membelot dari peraturan yang telah ditetapkan oleh Tuhan. ‘Ibadahnya kepada-Ku hanyalah perintah manusia yang dihafalkan’, kalimat ini menunjukkan bahwa ibadah orang Israel tidak berdasarkan Firman Tuhan, melainkan berdasarkan pengajaran manusia yang terus menerus dilakukan sampai akhirnya ibadah menjadi suatu rutinitas yang telah mereka hafalkan. Ibadah seharusnya didasari oleh Alkitab, karena Alkitab merupakan Firman Tuhan (2 Tim. 3:16) yang merupakan suatu kebenaran dan kita harus beribadah di dalam kebenaran (Yoh. 4:24).
Yesaya 29:13 dikutip oleh Tuhan Yesus untuk menegur para orang Farisi (Mat. 15:8-9). Salah satu dosa para orang Farisi ialah meletakkan tradisi yang mereka ciptakan dan pegang di atas perintah Tuhan yang telah ditulis di dalam PL (Mat. 15:2-6). Seharusnya, apabila kita percaya bahwa Alkitab sudah cukup (sufficient) sebagai Firman Tuhan, kita akan meletakkan Alkitab sebagai otoritas tertinggi dalam kehidupan kita (sola scriptura), karena Tuhan, sang Pencipta yang berdaulat atas langit dan bumi, memiliki otoritas atas manusia dan segala ciptaan-Nya dan perintah-Nya yang telah diwahyukan melalui Alkitab patut kita taati (Ul. 6:4-6). Karena itu, dalam ibadah kita pun, Alkitab seharusnya menjadi otoritas tertinggi dan menjadi standar dalam menguji ibadah kita. Pengalaman kita, pengajaran dari dunia, dan pemikiran manusia tidak boleh menjadi dasar dalam membentuk ibadah kita. Kiranya ibadah kita tidak bertentangan dengan apa yang diajarkan oleh Alkitab.
‘Aku akan melakukan pula hal-hal yang ajaib kepada bangsa ini, keajaiban yang menakjubkan.’ Ketika seseorang terlihat beribadah kepada Tuhan, namun di dalam hatinya ia sebenarnya tidak percaya kepada-Nya, ia telah melakukan sesuatu yang ‘mengherankan’. Bagaimanakah seseorang dapat menghidupi suatu kehidupan yang dipenuhi dengan kemunafikan? Bagaimanakah seseorang dapat ‘beribadah’ kepada Tuhan tanpa disertai oleh hati yang tulus? Karenanya Tuhan akan menjatuhkan suatu hukuman yang menakjubkan kepada orang tersebut dengan , yaitu ‘hikmat orang-orangnya yang berhikmat akan hilang, dan kearifan orang-orangnya yang arif akan bersembunyi.’ Hikmat dan kearifan orang tersebut akan dicabut daripadanya dan akhirnya dia tidak bisa lagi melihat kemuliaan Tuhan dan hidup dalam kesesatan (delusion) (Roma 1:22-23).

Kamis, 10 Mei 2012

Meraih Berkat Melalui Cara Pandang Yang Benar

Kata Yesus kepadanya: ‘Aku berkata kepadamu, sesungguhnya hari ini juga engkau akan ada bersama-sama dengan Aku di dalam Firdaus’ ” Lukas 23:43 Bacaan Firman Tuhan: Lukas 23:33-43 *courtesy of PelitaHidup.com Yesus disalibkan di tempat yang bernama Tengkorak. Dalam bahasa Latin disebut Kalvari, kalau dalam bahasa Aram disebut Golgota. Bersama Yesus ada juga dua orang penjahat yang disalibkan, yaitu disebelah kiri dan di sebelah kanan Yesus. Kedua penjahat itu telah ikut menghujat Yesus bersama dengan banyak orang yang menonton penyaliban Yesus, yaitu imam-imam kepala, bersama ahli-ahli Taurat dan tua-tua mengolok-ngolok Yesus. Perkataan yang mereka lontarkan pada Yesus, sungguh mengejek dan menghina. Salah satu dari dua penjahat yang ikut disalibkan bersama dengan Yesus memperoleh berkat keselamatan dari Yesus. Banyak orang yang beranggapan bahwa berakhirlah sudah kehidupan Yesus di kayu salib itu. Yesus diangggap hina, dan tidak punya kuasa lagi. Namun salah satu dari penjahat itu memiliki cara pandang yang benar tentang penyaliban Yesus, sehingga ia memperoleh berkat anugerah keselamatan. Seperti apakah cara pandang yang benar untuk meraih berkat yang Tuhan sediakan? 1. Tidak ikut arus yang salah *courtesy of PelitaHidup.com Pada awalnya penjahat ini mengikuti orang banyak, ikut menghujat Yesus (Matius 27:44). Ia kemudian mengubah cara pandangnya yang salah, dan menyadari adalah sebuah kekeliruan jika tidak memandang pada Yesus dan kuasa kebangkitanNya. Penjahat ini juga menyadari bahwa ia adalah orang jahat yang seharusnya tidak layak mendapat anugerah dari Tuhan. Penjahat ini tidak mau lagi ikut arus keadaan yang dilihatnya, seperti banyak orang, pemimpin-pemimpin menghujat Yesus dan prajurit-prajurit mengolok-ngolok Yesus. Ia mengubah pendiriannya. Penjahat itu mengubah cara pandangnya tentang Yesus. Penjahat itu mengalihkan perhatiannya dari Yesus yang menderita tersalib bersama dengannya, kepada Yesus yang akan menang dan akan datang sebagai Raja. Itulah alasan baginya untuk menghargai Yesus, dengan ucapannya kepada Yesus, : “Yesus, Ingatlah akan aku, apabila Engkau datang sebagai Raja”, dalam ayat 42. Sekiranya ia belum merubah cara pandangnya itu, masih mempertahankan cara pandangnya yang lama tentang Yesus, sama seperti mereka yang menghujat Yesus, maka ia tentu tidak mungkin berkata demikian kepada Yesus. Tetapi penjahat itu melawan kenyataan tersebut, tidak ikut arus lagi, karena ia telah memiliki sebuah cara pandang yang benar tentang Yesus. Iapun berubah, yang tadinya ikut menghujat Yesus menjadi orang yang menghargai Yesus dan mengagungkanNya sebagai Raja. Penjahat itu kini lebih percaya pada kebenaran Yesus daripada kenyataan penderitaan yang sedang terjadi dialami oleh Yesus. *courtesy of PelitaHidup.com Barangkali dalam menghadapi persoalan kehidupan ini, kita sudah tak berdaya lagi, karena dikuasai oleh persoalan yang sulit, mungkin dalam masalah pekerjaan, ekonomi, keluarga, sakit penyakit, fitnah atau akibat dari kesalahan/dosa yang kita perbuat. Persoalan itu terasa begitu berat, rumit dan mungkin telah menyiksa bathin dan jiwa kita. Dalam keadaan seperti ini rasanya semuanya telah hancur, tidak ada orang yang menolong, tidak ada harapan lagi untuk perbaikan, kesembuhan atau pemulihan, selain pasrah pada masalah, dengan susah dan sedih hati. Bila hal ini sedang dialami, ubahlah cara pandang itu karena hal ini akan membuat putus asa dan tawar hati serta menjadi lemah dan tak berdaya. “Jika engkau tawar hati pada masa kesesakan, kecillah kekuatanmu”, Amsal 23:10. *courtesy of PelitaHidup.com Masalah boleh ada, persoalan boleh datang bertubi-tubi tapi milikilah cara pandang yang benar, sebab dengan cara pandang yang benar kita akan tetap menjadi kuat. Jangan pasrah pada keadaan, jangan menyerah begitu saja, jangan setuju dengan keadaan yang merugikan dan menyakitkan itu, jangan hanyut ikut arus masalah itu, lakukan suatu hal yaitu melawan masalah itu dengan sebuah cara pandang baru yang benar, bahwa diatas segala persoalan yang sulit itu ada Yesus yang sanggup menolong dan memulihkan. “Karena masa depan sungguh ada, dan harapanmu tidak akan hilang”, Amsal 23:18. Jangan pandangi masalah itu, yang dapat menekan dan menghimpit kita, sehingga ketika kita ikut larut di dalamnya maka membuat kita tidak berdaya dan menjadi lemah dan pasrah pada masalah. Alihkanlah perhatian kepada FirmanNya yang pasti digenapiNya bagi setiap orang percaya. Pandanglah kepada Yesus yang empunya segala kuasa itu. Ingatlah bahwa Allah yang kita sembah ialah Allah yang penuh kasih. Dia akan memberikan anugerahNya kepada setiap orang yang menaruh harapannya kepadaNya, dan penjahat itupun memperoleh berkat anugerah keselamatan dari 2. Menanggalkan keegoisan dan mau bertobat Awalnya penjahat itu telah ikut menghujat Yesus, namun kemudian ia tidak malu untuk mengemis belaskasihan dari Yesus, ia melawan kedagingannya, dengan menanggalkan keegoisannya. Ia tidak gengsi untuk meminta belaskasihan Yesus. Penjahat itu telah mengubah cara pandangnya tentang Yesus, bahwa Yesus tidak bersalah, Yesus adalah orang benar. Pada ayat 39 sampai 41, digambarkan di sana bahwa teman dari penjahat itu tetap menghujat Yesus, dengan meminta supaya mereka segera diselamatkan oleh Yesus yang disebut Mesias. Teman penjahat ini sangat egois, ia menuntut Yesus supaya mereka dibebaskan. Teman penjahat ini mengeluh tentang hukumannya, itulah sikap orang yang tidak mau bertobat. Tetapi penjahat itu menegur temannya dan mengatakan bahwa mereka berdua sepantasnyalah menerima hukuman itu karena setimpal dengan perbuatan mereka. Yang tidak pantas adalah Yesus yang harus menerima hukuman yang sama dengan mereka, padahal Yesus tidak berbuat sesuatu yang salah. Seperti yang dikatakan Pilatus kepada Imam-Imam kepala dan seluruh orang banyak itu: ”Aku tidak mendapati kesalahan apapun pada orang ini”. (Lukas 23:4). Penjahat ini menyadari bahwa hukuman itu pantas dan layak ia terima, sebab itu ia tidak meminta pada Yesus supaya dibebaskan dari hukuman itu. Pertobatan adalah kemampuan untuk mengakui dosa dan menerima hukuman. Banyak hal yang terjadi dalam kehidupan kita, oleh karena kesalahan ataupun dosa yang telah kita perbuat yang tanpa kita sadari. Kita merasa benar, oleh sebab itu kita seringkali menyalahkan orang lain, atau keadaan yang ada, bahkan ada yang menyalahkan Tuhan, mengganggap Tuhan tidak adil. Sekalipun kita benar dan Tuhan ijinkan masalah datang, hadapilah itu sebagai sebuah ujian, pasti ada maksud Tuhan yang baik bagi kita, supaya kita belajar tentang kebenaran Tuhan. “Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah”, Roma 8:28. Jika kita ditegur oleh Firman Allah, terimalah dengan hati yang terbuka, akui saja dihadapan Tuhan, sebab tidak ada yang tersembunyi bagi Tuhan. Pakailah Firman Allah sebagai alat untuk menilai segala sesuatu, terutama untuk mengevaluasi diri kita. Jangan keras hati, lawanlah keegoisan, sikap yang membenarkan diri, dengan merendahkan diri dihadapan Tuhan dan mengakui kesalahan. Tuhan tidak pernah membiarkan celaka orang yang mau merendahkan diri dihadapanNya. “Jika kita mengaku dosa kita, maka Ia adalah setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan”, 1 Yohanes 1:9. Penjahat itu menyadari bahwa ia orang berdosa, dan ia juga menyadari bahwa Yesus itu orang benar, percaya bahwa Yesus akan datang sebagai Raja. “Dan barangsiapa merendahkan diri, ia akan ditinggikan”, Matius 23:12b. Tatkala penjahat itu mau merendahkan dirinya dan meninggikan Yesus, maka Yesuspun mengangkatnya dengan memberikan anugerah keselamatan kepadanya. Anugerah adalah pemberian Allah dengan cuma-cuma, gratis, yang diberikan pada orang yang tidak layak menerimanya. Hidup kita dihadapan Tuhan adalah anugerah. Jangan bertahan pada keadaan yang dapat merugikan, jangan egois. Sekalipun kita telah berbuat salah, keliru, atau berdosa, asalkan mau bertobat, berbalik dari jalan-jalan hidup yang lama, datang merendahkan diri dihadapan Tuhan, maka akan dipulihkan oleh Tuhan, dan percayalah mujizat dan pertolongan Tuhan akan diperoleh. Mungkin rasa bersalah yang terus mengikuti, cara untuk menghilangkannya adalah dengan mengakui kesalahan itu dengan jujur dihadapan Tuhan. Pelanggaran yang belum diampuni akan mendatangkan jurang pemisah antara kita dengan Allah. Suatu pengakuan yang jujur adalah langkah untuk berdamai dengan Tuhan dan manusia, sebab yang Tuhan tuntut hanyalah, “Hanya akuilah kesalahanmu”, ( Yeremia 3: 13). Pengampunan dan kemurahan Allah tersedia bagi semua orang yang datang kepadaNya dengan pertobatan yang sungguh-sungguh. Pemulihan selalu disediakan Tuhan. “Siapa menyembunyikan pelanggarannya tidak akan beruntung, tetapi siapa mengakuinya dan meninggalkannya akan disayangi”, Amsal 28:13. . 3. Tidak mengandalkan pikiran manusia Akal sehat manusia bisa saja berkata “ Jika Yesus itu Tuhan, pasti Ia bisa selamatkan diriNya dari salib. Kenyataannya, Yesus tidak berdaya, dihina, disiksa, menderita dan disalibkan. Jelas, Ia bukan Tuhan, sebab Ia tidak berdaya, jadi mana mungkin aku menaruh kepercayaan kepadaNya?”. Itulah yang terjadi pada saat Yesus disalibkan, banyak orang beranggapan demikian, mengandalkan pikiran manusia, cara pandang mereka tentang Yesus adalah salah, sebab itu mereka menghujat Yesus. Yesus berkata: “Ya, Bapa ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat”, ayat 34a. Jalan pikiran mereka bukanlah kebenaran. Barangkali kita telah berdoa dan seolah-olah Tuhan tidak mampu menjawab doa-doa kita, Dia tidak dapat menolong kita, Dia tidak dapat mengerti keadaan kita, buktinya keadaan kita belum juga berubah. Cara pandang ini adalah salah. Penjahat itu tidak lagi mengandalkan pikiran manusia berdasarkan apa yang ia lihat sesuai kenyataan saat itu bahwa “Yesus tidak berdaya”. Penjahat itu tidak mau hanya melihat pada kenyataan Yesus yang disalibkan itu, tetapi ia melawan kenyataan itu dengan cara pandang yang benar yaitu melihat dengan hatinya yang beriman bahwa Yesus itu akan menang, yang akan datang sebagai Raja, penjahat itu mau melihat apa yang tidak bisa dilihat oleh mata. Sebab itulah ia dengan berani dan percaya, berkata pada Yesus, agar Yesus kelak mengingat dirinya. Kata Yesus kepadanya: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya hari ini juga engkau akan ada bersama-sama dengan Aku di dalam Firdaus”, ayat 43. Luar biasa tanggapan dan jawaban Yesus kepadanya, yang ia minta adalah supaya Yesus mengingatnya kelak, tetapi yang ia peroleh adalah suatu berkat anugerah yang sungguh besar, yaitu ia memperoleh keselamatan. Allah melakukan bagi kita bukan saja dari apa yang kita minta padanya melalui doa, tetapi Allah bahkan juga sanggup memberikan melebihi apa yang dapat kita pikirkan, dan doakan. “Bagi Dialah, yang dapat melakukan jauh lebih banyak dari pada yang kita doakan atau pikirkan, seperti yang ternyata dari kuasa yang bekerja di dalam kita.” Efesus 3:20. Kenyataan yang kita hadapi boleh saja jalan yang buntu, sudah tidak ada harapan, atau pintu sudah tertutup, namun kita bisa melawannya dengan memiliki cara pandang benar, mengandalkan iman. “Jawab Yesus: “Katamu: Jika Engkau dapat ? Tidak ada yang mustahil bagi orang yang percaya!” Markus 9:23. Maksud dari pernyataan Yesus ini bukanlah segala sesuatu yang dapat dipikirkan oleh manusia, tetapi memerlukan iman yang sungguh-sungguh percaya akan pekerjaan Tuhan yang sempurna. Kenyataan yang susah, buruk, dan mencemaskan selalu kelihatan oleh mata jasmanai kita. Kenyataan yang dilihat mata itu memang sulit untuk disangkal dan itu selalu mengkhawatirkan hati. Untuk menghadapi kenyataan ini adalah melawannya dengan cara pandang yang benar, yaitu menggunakan Firman Allah. . Masalah boleh ada untuk melatih diri kita agar dapat melihat yang tidak kelihatan dengan memakai kebenaran Firman Allah. Kenyataannya ialah semua orang menolak Yesus, dan menghujat Yesus yang disalibkan. Penjahat itu mau melawan kenyataan yang dilihatnya, dengan cara pandangnya yang benar, ia tidak ikut arus lagi, ia menanggalkan keegoisannya dan bertobat, serta tidak mengandalkan pikiran manusia. Penjahat itu tidak lagi mau dikuasai oleh keadaan yang lihat oleh matanya, ia melawan kenyataan itu, percaya pada Yesus yang disalibkan itu adalah sebagai orang benar dan akan menang, kemudian datang sebagai Raja. Karena itu, iapun memperoleh kehidupan yang kekal, yaitu berkat keselamatan dari Yesus. Kita akan berhasil ketika kita mau melawan kenyataan hidup yang pahit dan sulit itu, dengan cara pandang yang benar sesuai kebenaran Firman Allah. Kita harus terus belajar untuk menilai segala sesuatu dengan cara pandang yang benar, supaya kita dapat menerima berkat Tuhan. Percaya saja pada kemampuan Allah yang sanggup untuk menolong kita, maka kita pasti menerima berkat dan mujizatNya yang tidak terbatas itu. Tuhan memberkati saudara. “Berbahagialah ia yang membacakan dan mereka yang mendengarkan kata-kata nubuat ini, dan yang menuruti apa yang ada tertulis di dalamnya, sebab waktunya sudah dekat.” Wahyu 1:3.

Menjadi Orang Bersemangat dan Optimis Menghadapi Masalah

“Orang yang bersemangat dapat menanggung penderitaannya, tetapi siapa yang akan memulihkan semangat yang patah?” Amsal 18:14 Beragam persoalan bisa menimpa siapa saja. Entah orang kaya atau miskin, tua atau muda, setiap orang selama hidup di dunia ini selalu berhadapan dengan berbagai persoalan. Setiap orang, terlepas dari status sosial, pendidikan, profesinya, dan bahkan sebagai hamba Tuhanpun tidak terluput dari yang namanya pergumulan atau persoalan. Manusia harus berhadapan dengan masalah selama hidup di dunia ini. Setiap orang tentunya memiliki persoalan yang berbeda-beda. Kita tidak boleh menyerah, walau badai apapun yang sedang menerpa. Sebab pencobaan yang kita alami tidak pernah melebihi kekuatan kita, seperti yang disebutkan dalam Firman Tuhan. “Pencobaan-pencobaan yang kamu alami ialah pencobaan-pencobaan biasa, yang tidak melebihi kekuatan manusia. Sebab Allah setia dan karena itu Ia tidak akan membiarkan kamu dicobai melampaui kekuatanmu. Pada waktu kamu dicobai Ia akan memberikan kepadamu jalan keluar, sehingga kamu dapat menanggungnya” 1 Kor 10:13 *courtesy of PelitaHidup.com Allah itu baik. Dia sahabat kita, dalam segala susah Dia selalu datang menghibur. Biasanya ada beberapa hambatan-hambatan dalam meraih sebuah keberhasilan adalah antara lain, sikap yang putus asa, patah semangat, menyerah, keinginan untuk mundur, dan lain sebagainya. Kalau sikap seperti ini dibiarkan akan membuat seseorang itu menjadi frustrasi, dan tetap tinggal dalam masalahnya. Dalam menghadapi setiap masalah, kita membutuhkan sebuah semangat untuk berjuang dan bangkit, dengan pertolongan Tuhan agar kita sampai pada tujuan yang diinginkan. Dalam cerita di Alkitab kita dapat melihat sebuah kondisi yang mengisahkan seseorang yang tidak lagi bersemangat dalam hidupnya, yaitu kisah nabi Elia. Keberhasilan Elia membunuh 450 orang nabi baal seorang diri membuat Izebel marah dan bermaksud membunuhnya. Mendengar berita itu, larilah Elia untuk menyelamatkan diri, ia dalam ketakutan, putus asa dan patah semangat. Ia lari ke gunung Horeb untuk bersembunyi. . Ada beberapa kondisi yang dialami nabi Elia ini, yaitu: a). Ia kelelahan, lelah jasmani setelah perjalanan panjang, empat puluh hari, empat puluh malam lamanya sampai ke gunung Allah, yaitu gunung horeb. *courtesy of PelitaHidup.com “Kemudian ia ingin mati, katanya: “Cukuplah itu! Sekarang, ya Tuhan, ambillah nyawaku, sebab aku ini tidak lebih baik daripada nenek moyangku” 1

Ucapan Syukur: Sikap Yang Mendatangkan Mujizat

sesudah itu Ia mengambil ketujuh roti dan ikan-ikan itu, mengucap syukur, memecah-mecahkannya dan memberikannya kepada murid-murid-Nya, lalu murid-murid-Nya memberikannya pula kepada orang banyak. Dan mereka semuanya makan sampai kenyang. Kemudian orang mengumpulkan potongan-potongan roti yang sisa, tujuh bakul penuh. Yang ikut makan ialah empat ribu laki-laki, tidak termasuk perempuan dan anak-anak.” Matius 15:36-38 Kisah ini terjadi setelah Yesus berkotbah kepada orang banyak dan menyembuhkan orang-orang yang sakit. Kemudian Yesus berkata kepada murid-muridNya bahwa mereka harus memberi makan kepada orang banyak. Tetapi yang ada pada mereka hanyalah beberapa roti dan ikan, yang secara manusia, makanan tersebut tidak akan cukup untuk memberi makan ribuan orang. Yesus meminta murid-muridNya untuk membawa makanan tersebut dan kemudian mengucap syukur atas makanan itu. Setelah Ia memecah-mecah roti dan membagikan kepada orang banyak, secara ajaib semua orang dapat makan dengan kenyang, bahkan ada sisanya. Apa yang tadinya tidak mungkin menjadi mungkin. . Apakah rahasia di balik mujizat yang terjadi itu? Rahasianya ada pada pengucapan syukur. Ada kuasa di dalam ucapan syukur. Ucapan syukur merupakan cara di mana kita menyerahkan segalanya termasuk masalah-masalah yang kita alami kepada tangan Tuhan. Ucapan syukur merupakan cara di mana kita berserah sepenuhnya. Ucapan syukur merupakan cara di mana kita mengatakan kepada Tuhan bahwa kita mau dibentuk dan diproses dengan caraNya. Ucapan syukur merupakan cara di mana kita membiarkan kasih Tuhan mengalir dalam hidup kita. Ucapan syukur merupakan cara di mana kita membiarkan kuasa Tuhan bekerja mengubahkan hidup kita. Ucapan syukur merupakan cara di mana kita menanggalkan segala keinginan kita dan menerima atas apa yang sedang terjadi, bahkan dalam keadaan yang paling buruk sekalipun. Dan masih banyak lagi yang bisa kita peroleh dari sebuah ucapan syukur. . Bagaimana kita mengucap syukur? Ucapkanlah terima kasih kepada Tuhan atas apa yang masih kita miliki. Ucapkanlah terima kasih kepada Tuhan atas apa yang sedang terjadi. Ucapkanlah terima kasih kepada Tuhan atas kasihNya yang masih tercurah bagi kita. Ucapkanlah terima kasih kepada Tuhan atas kesempatan yang masih Tuhan berikan bagi kita. Ucapkanlah terima kasih kepada Tuhan atas apa yang kita kerjakan. Dan masih banyak lagi cara lain untuk mengucap syukur kepada Tuhan. Sama seperti kisah mujizat yang terjadi di atas, hal itu juga dapat terjadi dalam kehidupan kita. Seberat apapun masalah yang kita hadapi dalam pekerjaan/bisnis, separah apapun masalah rumah tangga yang kita alami, seburuk apapun keadaan keuangan yang dihadapi, hadapilah dengan sikap yang selalu mengucap syukur dalam segala keadaan. Kuasa Tuhan akan bekerja dalam kehidupan kita, sehingga mujizat akan terjadi. Pekerjaan kita akan dipulihkan, hubungan keluarga juga dipulihkan, bahkan keuangan yang serba minim juga akan dipulihkan. Ucapan syukur akan mendatangkan kuasa Tuhan dalam kehidupan kita. Tuhan akan mencurahkan RohNya agar bekerja dalam hidup kita, memberi kita hikmat untuk melakukan apa yang benar di mata Tuhan dan yang sesuai dengan kehendakNya. Apa yang tidak pernah kita pikirkan, itu yang akan Tuhan berikan bagi kita. Kuncinya ada pada ucapan syukur. Janganlah bersungut-sungut atas apa yang kita alami, karena sungut-sungut tidak akan menyelesaikan masalah. Tetapi sebaliknya, ucapan syukur akan mendatangkan berkat berkelimpahan atas kehidupan kita. Nama Yesus ditinggikan.

Sabtu, 05 Mei 2012

bagaimana caraku berkomunikasi dengan Tuhan?

Aku kadang bertanya, kadang berpikir tapi lebih banyak tak menemukan jawaban. Aku bertanya bagaimana caraku bisa berkomunikasi dengan Tuhan? Pasti sulit karena aku dibawah sini, di dunia yang fana, berlumuran dosa. Sedang Tuhan berada jauh diatas sana dengan kerajaanNya yang gemerlap dan terang sejati memancar dari seluruh lapisan dinding rumahNya. Aku kadang berpikir, kenapa Tuhan lebih menyayangi orang lain dari pada aku? Banyak orang lebih beruntung dari pada aku, jauh lebih sempurna daripada aku. Tuhan menampakkan sebuah penampakan atau keajaiban pada mereka, atau mengirim seseorang yang mereka cintai yang perlahan tapi pasti merubah mereka menjadi ¡¥bertumbuh¡¦ dalam iman. Dan aku? Ya¡Kaku berdosa, aku tak sering ke gereja, tak sering mengikuti pemuda, dan masih banyak hal lain, dan aku rasa memang pantas kalau Tuhan tidak mau melihatku. Tapi ternyata aku salah, Tuhan menyayangiku, ternyata Dia mengawasiku terus dan tak pernah meninggalkanku sedikitpun. Dulu aku mengira cara berkomunikasi dengan Tuhan begitu sulit, harus melewati begitu banyak proses hingga akhirnya sampai padaNya tapi ternyata begitu mudah. Aku tak perlu melihat waktu, menetukan waktu kapan aku harus berbicara padaNya, kurasa aku hanya tinggal langsung meneleponNya lewat hatiku dan aku yakin koneksi akan langsung terhubung, kapan dan dimanapun, hebat ya Tuhan. Sekarang aku mulai berubah. Ya aku merasakannya dalam hatiku, bukan seorang manusia yang mengubahku tapi Tuhanlah yang mengubahku. Sekarang aku menganggap Tuhan adalah Bapaku, teman curhat terbaikku, kakakku yang terhebat, dan juga pacarku yang tercakep (menurutku pacar tercakep melebihi apapun ƒº). Aku merasa sangat aman membagi semua rahasia hidupku bersamaNya, sangat aman. Aku senang saat aku akan tidur. Aku mulai bercerita padaNya tentang apa yang aku inginkan, apa yang menjadi kegelisahanku, kekhawatiran hidupku, dan kadang aku merasakan Tuhan sangat dekat padaku. Hingga saat aku bangun, ada kelegaan kurasakan masuk dalam hatiku perlahan tapi pasti. Sebenarnya sih tak perlu begitu susah menghubungi Tuhan, hubungi dia lewat hatimu dan hanya perlu yakin sebagai kabel maka koneksi akan langsung terhubung. Begitu banyak berpikir dan bertanya untuk apa? jika semua jawabannya adalah PERCAYA.

DAFTAR TELEPON TUHAN

Puji TUHAN, anda telah dapat meneleponNYA setiap saat ! Anda hanya perlu untuk memanggilNYA sekali dan TUHAN mendengar anda. Karena YESUS, anda tidak akan pernah mendapat nada sibuk. TUHAN menerima setiap panggilan dan mengetahui siapa pemanggilnya secara pribadi. Ketika anda memanggil dan TUHAN akan menjawab. Anda akan menangis minta tolong dan DIA akan berkata, “Ini AKU”. Ketika anda memanggil, gunakan nomor telepon darurat di bawah ini: PERSOALAN PUTAR NO TELEPON Saat berduka cita Yohanes 14 Ketika dikecewakan sesama Mazmur 27 Jika anda ingin berbuah Yohanes 15 Ketika anda berdosa Mazmur 51 Ketika anda khawatir Matius 6: 19 34 Ketika anda dalam bahaya Mazmur 91 Ketika TUHAN terasa jauh Mazmur 139 Ketika iman anda perlu dikuatkan Ibrani 11 Ketika anda merasa sendiri dan takut Mazmur 23 Ketika hidup anda dalam kepahitan 1 Korintus 13 Untuk rahasia kebahagiaan Paulus Kolose 3: 12-17 Untuk arti keKristenan 2 Korintus 5: 15-19 Ketika anda merasa kecewa dan ditinggalkan Roma 8: 31-39 Ketika anda menginginkan kedamaian dan ketenangan Matius 11: 25-30 Ketika dunia terlihat lebih besar dari TUHAN Mazmur 90 Ketika anda ingin jaminan kekristenan Roma 8: 1-30 Ketika anda meninggalkan rumah untuk bekerja atau berpergian Mazmur 121 Untuk penemuan / kesempatan besar Yesaya 55 Ketika anda membutuhkan keberanian untuk suatu tugas Joshua 1 Supaya dapat bergaul dengan baik terhadap sesama Roma 12 Ketika anda memikirkan kekayaan Markus 10 Saat anda mengalami depresi Mazmur 27 Ketika anda kesulitan keuangan Mazmur 37 Jika anda kehilangan kepercayaan terhadap orang 1 Korintus 13 Jika orang disekitar anda tampak berlaku tidak baik Yohanes 15 Ketika anda putus asa dengan pekerjaan Mazmur 126 Jika anda menemukan bahwa dunia mengecil dan anda merasa besar Mazmur 19 Nomor nomor tersebut dapat langsung dihubungi. Operator tidak diperlukan. Seluruh saluran ke Surga terbuka 24 Jam sehari. Bagikan daftar telepon ini kepada orang orang di sekeliling kita. Mana tahu, mungkin mereka sedang membutuhkannya. Jika diperlukan ajaklah berdoa bersama Jika anda pengguna HP dapat juga menghubungi = 081 8 50 15 2 2 33 3 081 8 = Mazmur 81 : 8 50 15 = Mazmur 50 : 15 2 2 = Yunus 2 : 2 333 = Yeremia 33:3

BERANI MENGAKUI KESALAHAN

Lalu Akhan menjawab Yosua, katanya: “Benar, akulah yang berbuat dosa terhadap TUHAN, Allah Israel, sebab beginilah perbuatanku:
Setiap orang sangat mendambakan keberhasilan dalam hidupnya, tercapainya cita-cita yang diidam-idamkan. Tentu saja sukses atau keberhasilan itu tidaklah datang begitu saja dalam hidup ini. Adakalanya kesuksesan itu menjadi sangat dramatis ketika harus melewati terjalnya jurang kegagalan? Tidak sedikit diantara kita yang kecil nyali menghadapi drama kegagalan. Ada juga yang menyesalinya dengan berkepanjangan, tidak mau makan, tidak mau mandi, atau ada juga mereka yang melakukan sesuatu yang lebih jauh lagi (apa tuh). Sepertinya mereka melupakan nasehat orang bijak yang antara lain berkata: ‘kegagalan adalah keberhasilan yang tertunda’ oleh karenanya jangan segera berputus asa.
HARI INI – Jika kita bergantung pada hari kemarin, kita mementingkan diri sendiri dan tidak percaya bahwa ada Allah. Jika kita terus berpikir terus tentang hari esok, kita akan menjadi serakah, karena kita tidak tahu apakah masih memiliki hari esok? Yang kita miliki hanyalah hari ini
               Untuk meraih kesuksesan, sebagai orang beriman kita TIDAK BOLEH  MENGHALALKAN SEGALA CARA, seperti yang pernah dilakukan  ‘Akhan’ (Yosua 7). Akhan telah melakukan kekeliruan besar, ia telah menempuh langkah mudah dan sama sekali tidak memikirkan dampak perbuatannya bagi banyak orang, yaitu bagi keseluruhan bangsanya yang sedang berjuang merebut kota Ai. Akhan melakukan pencurian yang mengakibatkan kekalahan bangsa pilihan Tuhan merebut kota Ai.
Melalui Yosua 7:20 kita mendapat pelajaran yang sangat berharga tentang KEBERANIAN AKHAN MENGAKUI perbuatannya. Memang sebuah pengakuan tidak meniadakan dosa yang diperbuatnya. Tetapi, Yosua pasal 7:20 menjadi teladan kejujuran sosok Akhan, dengan tidak mengeraskan diri dengan berdalih dan berdebat? Kejujuran Akhan membuat Yosua tidak perlu membentuk semacam TIPIKOR dsbnya?
Disisi lain, Yosua 7 sungguh sungguh telah menodai rangkaian panjang kemenangan  umat pilihan Tuhan -  sejak perjuangan kebebasan bangsa Israel dari tanah Mesir dan ketika melalui  perjalanan panjang diterpa panas terik disiang hari dan dinginnya padang gurun dimalam hari adalah sejarah KETAATAN. Jika akhirnya, bangsa pilihan memasuki tanah Kanaan, dibawah pimpinan seorang Yosua yang menuntaskan perjuangan itu pun karena ketaatan mereka dan bukan karena strategi militer saja. Artinya, kemenangan umat pilihan Tuhan selama ini bukanlah semata mata karena strategi militer yang sangat jitu, melainkan kemenangan karena KETAATAN pada Tuhan.
Bukankah untuk merebut kota Ai, Yosua telah mengatur strategi sedemikian jitunya, antara lain dengan (1)mengirimkan pengintai – (2)mendengarkan laporan mereka – (3)mengirimkan 3.000 pasukan. Sangat beralasan jika mereka menyerang kota Ai dengan optimisme besar, bukankah kota Yerikho yang lebih besar berhasil mereka kalahkan? Namun, apa yang terjadi sungguh sangat menyakitkan, kenyataannya mereka kalah. Yosus 7:6 menyebutkan: ‘Yosua mengoyakkan jubahnya dan sujudlah ia dengan mukanya sampai ke tanah di depan tabut TUHAN, hingga petang, bersama dengan para tua-tua orang Israel, sambil menaburkan debu di atas kepalanya’
7 Dan berkatalah Yosua: ‘ Ah, Tuhanku ALLAH, mengapa Engkau menyuruh bangsa ini menyeberangi sungai Yordan? Supaya kami diserahkan kepada orang Amori untuk dibinasakan? Lebih baik kalau kami putuskan tadinya untuk tinggal di sebarang sungai Yordan itu ! (Yosua 7:7)
Sekali lagi,  kegagalan mereka tidak terletak dalam perencanaan militer, melainkan berkaitan dengan pelanggaran perintah Tuhan yang dilakukan oleh Akhan. Perencanaan strategi militer bukanlah satu-satunya sumber kemenangan Israel, melainkan ‘ketaatan’ pada perintah Tuhan adalah sisi terpenting yang harus tetap ditaati oleh setiap umat pilihan.
Dan itulah yang telah ditunjukkan oleh Akhan dalam Yosua 7:20. Melalui Yosua 7:20 kita mendapat pelajaran yang sangat berharga tentang KEBERANIAN AKHAN MENGAKUI DOSA. Bisakah, , Yosua pasal 7:20 menjadi inspirasi bagi untuk meneladani kejujuran sosok Akhan, dengan tidak mengeraskan diri.
Semoga Tuhan memberkati hati jujur dalam diri kita,